Selasa, 20 September 2011

NUZULUL QUR'AN

A.    Definisi Nuzul Al qur’an dan awal turunnya.
Nuzul Al Qur’an atau yang di Indonesia sering ditulis nuzulul qur’an terdiri dari dua kata yaitu nuzul dan al qur’an, kata nuzul berasal dari kata nazala yang dalam bahasa arab berarti meluncur dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah. Dalam konteks ini,bisa ditemui kalimat dalam salah satu ayat al qur’an yang berbunyi ;


            Artinya ; “dan berdoalah; ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati. Dan engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat. (QS. Al mu’minun ; 29).
Menurut Azzarqani, defenisi nuzul Al qur’an yakni secara bahasa nuzul yaitu;
-          Menempati atau menyinggahi suatu tempat (secara horizontal).
-          Berpindahnya sesuatu dari atas ke bawah, atau
-          Menggerakkan sesuatu dari atas ke bawah.
Akan tetapi menurut Ibn Thaimiyyah didalam al qur’an dan sunnah tidak ada kata nuzul kecuali dalam pengertiannya yang lazim. Alasannya, karena al qur’an diturunkan dengan bahasa arab sedang bahasa arab tidak mengenal kata Nuzul kecuali dengan makna ini.[1]
Adapun turunnya al qur’an dikatakan sebagai suatu peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya al Qur’an pada priode pertama pada malam qadar menunjukkan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang penduduknya seperti para malaikat-malaikat untuk menjelaskan kemuliaan ummat Muhammad saw. Sedangkan turunnya pada priode kedua Al qur’an diturunkan berangsur-angsur. [2]Dan dengan demikian dapat kita pahami bahwa turunnya al qur’an itu melalui dua tahap, yaitu tahap pertama dari Allah swt kelauhul mahfudz, yang diturunkan sekaligus pada malam lailatul qadar.[3] Dan proses yang kedua dari lauhul mahfudz ke baitul izza.
Permulaan turun al qur’anul karim adalah tanggal 17 Ramadhan tahun ke 40 kelahiran Nabi Muhammad saw. Ketika beliau bertahannus (beribadah) di gua Hira. Pada saat itu turunlah wahyu dengan perantaraan Jibril Al Amin dengan membawa beberapa ayat al qur’anul karim. Jibril mendekap Nabi ke dadanya lalu melepaskannya, lalu melakukan hal itu sampai tiga kali sambil mengatakan “iqra’”(bacalah) lalu Rasul menjawab ”ma ana bi qari’ “(saya tidak bisa membaca) pada dekapan yang ke tiga Jibril membacakan QS. Al Alaq ; 1-5 ;



Artinya ; “bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.[4]
B.     Cara Al Qur’an diturunkan.
Al-qur’an sebagai wahyu ilahi disampaikan kepada nabi Muhammad saw. Melalui proses yang disebut inzal, yaitu proses perwujudan al-Qur’an (inzal al-Qur’an) dengan cara: Allah mengajarkan kepada malaikat jibril, kemudian jibril menyampaikan kepada nabi Muhammad.[5]
Adapun mengenai proses turunnya atau cara al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Terdapat beberapa pendapat antara lain sebagai berikut:
1.      Al-qur’an diturunkan sekaligus ke al-lawh al-mahfudz, sebagaimana firman Allah Swt. Dalam QS. Al-Buruj :85:21-22

Artinya:
“bahkan yang didustakan mereka itu adal.ah al-qur’an yang mulia, yang tersimpan dalam lawh mahfudz”
2.      Al-qur’an diturunkan ke lawh mahfudz kelangit bumi sekaligus, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad saw. Selama 23 tahun.
Sebagaiman firman Allah Swt. Dala Q.S Al-Baqarah (2):185.


Artinya :
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan bathil).
Al-zarqani dalam manahil al-irfan berpendapat bahwa proses turunnya al-Qur’an terdiri atas tiga tahapan:
            Pertama, turunnya al-Qur’an ke al-lauwh al-mahfudz;
            Kedua, dari al-lawh al-mahfudz ke bayt al-izzah; dan
            Ketiga, dari al-Izzah kepada Nabi Muhammad.[6]
C.    Ayat Yang Pertama dan Terakhir Diturunkan
Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat dalam menentukan ayat pertama yang diturunkan. Dalam hal ini ada empat pendapat yang berbeda yaitu;
Pertama; ayat yang pertama diturunkan adalah Surah Al Alaq ayat 1-5.
Pendapat tersebut dianggap paling shahih, sebagaimana dijelaskan dalam kitab shahih al bukhari, misalnya: dari Aisyah ummul mu’minin ra. ; bahwa al haris ibn Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Bagaimanakah caranya wahyu itu dating kepada tuan?  Maka Rasulullah saw menjawab; kadang-kadang wahyu itu datang kepadaku seperti gemerincing lonceng. Dan cara seperti ini adalah yang sangat berat aku rasakan. Setelah suara itu berhenti maka aku telah memahami apa-apa yang dikatakannya. Dan kadang-kadang melalui Jibril, yaitu menampakkan dirinya kepadaku sebagai seorang lelaki, lalu ia berbicara kepadaku (menyampaikan wahyu itu). Aisyah menambahkan, aku pernah melihat Nabi  ketika wahyu turun kepadanya pada suatu hari yang sangat dingin dan ketika wahyu itu berhenti, kulihat Nabi meluncurkan keringat yang sangat banyak.[7]
Kedua; ayat yang pertama diturunkan ialah surah Al Fatihah. Syekh Muhammad Abduh menguatkan pendapat ini dengan alasan isi surah Al Fatihah itu seolah-olah telah mencukupkan semua segala pokok-pokok isi al Qur’an secara garis besarnya.
Ketiga; ayat yang pertama diturunkan adalah surah Ad-duha.
Keempat; ayat yang pertama diturunkan adalah surah Al Muddatsir, bahkan ada yang mengatakan suarah Al Muzammil.
Mengenai ayat yang paling akhir diturunkan, menurut pendapat yang terkuat ialah firman Allah swt (Qs. Al Maidah ; 3):
D.    Alasan al-Qur’an Diturunkan Secara Bertahap
Pertanyaan “mengapa teks diturunkan secara bertahap?” merupakan pertanyaan yang wajar sekali dalam suatu peradaban umum dan bagi ulama al-Qur’an khususnya. Pertanyaan ini sudah pernah digulirkan sebagai bentuk penolakan orang-orang musyrik makah.[8]
Adapun hikmah al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur antara lain:
1.         Memantapkan hati nabi
Ketika menyampaikan dakwah, nabi saw. Kerap kali berhadapan dengan para penantang, karena itu turunnya wahyu yang berangsur-angsur merupakan dorongan tersendiri Bagi nabi untuk terus menyampaikan dakwah.
2.         Menentang dan melemahkan para penantang al-Qur’an
Nabi kerap kali berhadapan denagan pertanyaan-pertanyaan sulit yang dilontarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan nabi. Oleh karena itu, turunnya wahyu yang berangsur-angsur tidak saja menjawab pertanyaan itu, bahkan menentang mereka untuk membuat sesuatu yang sama dengan al-Qur’an.
3.         Memudahkan untuk dipahami dan dihafal
4.         Mengikuti setiap kejadian (yang menyebabkan turunnya ayat-ayat al-Qur’an) dan melakukan penahapan dalam penetapan syariat.
5.         Membuktikan dengan pasti bahwa al-Qur’an turun dari Allah yang maha bijaksan.


[1] Kamaluddin Marzuki,. Ulum Al Qur’an. (Cet. II; Bandung: Rosdakarya, 1994), h. 23.



[2] Mannaul Qhattan,. Mahabis fi Ulumil Qur’an. Mansyuraatul Asril, Hadis, h. 100.

                      [3] Farid Esack, The Qur’an A User’s Guide (India : Thomson Press, 2005), h. 31.
[4] Muhammad Ali Ash-Shabuni,. Attibyan fii Ulumil Qur’an, alih bahasa oleh Drs. H. Aminuddin, Studi Ilmu Al Qur’an. (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 26.

                      [5] M. Quraish shihab, Sejarah dari Ulum al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001),     h.18.
[6] Nurhikmad. Nuzul Al Qu’an, Makalah PPs UIN 2005, h. 6.

[7] Drs. Ahmad Syadali, MA. Dan Drs. Ahmad Rofi’I, Ulum Qur’an ,(Cet. III; Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 42.
[8] Nasir Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-Qur’an (Cet. II; Yogyakarta: LKIS. 2002), h. 116.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar